Elang Garuda Mengalah pada sri gunting

Elang jawa kerap diidentikkan dengan Garuda—burung dalam mitos Mahabharata yang juga dikenal sebagai lambang negara kita. Elang berwarna cokelat kehitaman dengan ciri khas jambul hitam ini menjadi lambang keperkasaan dan kekuatan.

Burung endemik pegunungan Jawa ini memiliki paruh serta cakar kuat dan tajam yang digunakan untuk mencabik-cabik mangsa. Mangsa kegemarannya yaitu mamalia kecil seperti tikus, musang dan bajing. Meski tak jarang elang jawa juga menyantap ular dan hewan-hewan kecil lain termasuk burung.

Namun, siapa sangka elang jawa tak selamanya bersikap sebagai pemangsa ketika bersua dengan hewan lain yang berukuran jauh lebih kecil. Seperti yang saya jumpai saat melakukan pengamatan di kawasan Cibodas, Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat, 4 Juli silam.

Pagi, sekitar pukul 08.30 WIB, seekor elang jawa dewasa tampak hinggap di cabang pohon pasang (Lithocarpus sp). Saya dan teman-teman pun langsung mengarahkan binokuler ke tempat Nisaetus bartelsi ini bertengger. Kami terpana dengan kegagahan burung yang masuk dalam daftar jenis terancam punah dengan status Genting ini.

Tetapi, apa itu? Kenapa gerakan kepala Sang Garuda tiba-tiba kikuk, seperti sedang terganggu sesuatu? Rupanya, srigunting kelabu biang keladinya. Tak kurang dari 5 ekor Dicrurus leucophaeus, terbang mengelilingi elang jawa. Beberapa di antara burung berekor terbelah itu bahkan tampak mematuk-matuk kepala Sang Garuda yang sedang beristirahat. Kemungkinan, pohon yang ia pakai beristirahat adalah “rumah” srigunting, meski sejatinya pohon itu juga masuk dalam teritori si elang jawa.

Merasa terganggu, elang jawa memilih mengalah. Meski Sang Garuda bisa saja melawan srigunting dengan mudah, ia enggan memamerkan keperkasaannya. Sang Garuda mengambil sikap bersahaja, terbang mencari pohon lain.

Sumber:http://blog.burung.org/2013/07/tatkala-garuda-mengalah-pada-srigunting.html